Thursday, March 22, 2007

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

PENGERTIAN


Hiperemsis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).


Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing.


Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu keduabelas (Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda).


Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan keadaan pada ibu hamil yang disertai dengan gejala mual dan muntah berlebihan pada kehamilan trimester I yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin apabila tidak ditangani dengan tepat.


ETIOLOGI


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :


a Faktor Predisposisi
Yang sering ditemukan adalah pada primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan penting, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.


b Faktor Organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini. Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik.


c Faktor psikologi
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian terhadap kesukaran hidup.


PATOFISIOLOGI


Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini tejadi pada trimester satu. Meningkatnya kadar estrogen pada saluran cerna menyebabkan penurunan produksi asam lambung (HCl) dan pepsin serta menghambat pengosongan lambung sehingga menyebabkan mual dan muntah. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian, mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.


Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian wanita, tetapi faktor psikologi merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita tukak lambung dengan gejala tidak suka makan dan mual akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.


Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terapakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.


Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, sehingga dapat merusak hati. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai memerlukan tranfusi dan tindakan operatif.


MANIFESTASI KLINIS


Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :


a Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, tidak ada selera makan, berat badan menurun, nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.


b Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, turgor kulit jelek, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata cekung, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urine.


c Tingkat III
Keadaan umum sangat lemah, kesadaran menurun dari somnolens sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun.


PENATALAKSANAAN MEDIS


Sebelum diberikan pengobatan sebaiknya dilakukan pencegahan yang prinsipnya adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan menghilang setelah kehamilan 16 minggu, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.


Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur tetapi di anjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Rendah lemak dan tinggi karbohidrat sangat di anjurkan pada keadaan ini.
Usahakan penderita menghindari makan makanan yang berminyak dan berbau lemak seperti goreng-gorengan dan santan sebab dapat menimbulkan rasa mual dan muntah kembali. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas. Cukup cairan, usahakan banyak minum jus buah, susu hangat untuk mengganti cairan yang hilang selama muntah. Sebaiknya minum air delapan gelas sehari. Defekasi yang teratur dan dianjurkan makan makanan yang mengandung banyak gula.


Bila pencegahan dengan cara tersebut di atas, keluhan dan gejala tidak berkurang maka di perlukan pengobatan, yaitu :


a Klien di isolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.


b Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak dua sampai tiga liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah atau keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.


c Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamin juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan anti emetik seperti disiklomin hidrokloride atau klorpromazin.


d Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.


KOMPLIKASI


Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi.






SILAHKAN ISI SARAN ATAU PERTANYAAN ANDA...!


Nama



E-Mail

Homepage Anda




Komentar/saran